a) Defenisi
Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun yang multi sistem dan berlangsung kronik yang di
tandai oleh berbagai manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada
usia 35 dan 50 tahun. Gambaran utama adalah sinovitas inflamatorik yang
biasanya mengenai sendi perifer. Penyakit ini memiliki kecenderungan merusak tulang
rawan, menyebabkan erosi tulang, dan menimbulkan kerusakan sendi. Tangan,
pergelangan tangan, dan kaki sering terkena.
b) Etiologi
Biasanya rematoid
arthritis disebabkan oleh :
Ø
Faktor genetik
Ø
Faktor lingkungan
Ø
Infeksi : mendadak dan timbul dengan di sertai
gambaran inflamasi mencolok. Yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Ø
HSD ( Heat Shock Protein )
Ø
Sekelompok protein berukuran sedang ( 60 sampai 90
KDA)
Ø
Respon Stress
c) Patogenesis
Patogenesis dimulai
dengan terdapatnya suatu antigen yang berada pada membran sinovial. Pada
membran ini antigen ini akan di proses oleh APC, APC mengekpresikan determinan
HLA-DR pada membran selnya. Kemudian di lekatkan pada CD4, untuk
memungkinkan terjadi aktivasi CD4, sel itu harus mengenali antigen dan
determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC. Proses aktivasi CD4
juga dibantu oleh IL-1.
Tahap selanjutnya
antigen, determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC dan CD4
akan membentuk suatu komplek antigen trimolekuler. Trimolekuler tersebut
akan mengekpresikan resptor IL-2pada permukaan CD4. Selain IL-2, CD4 telah
teraktivasi juga mengekresikan berbagai limfokinlain seperti TNF-α, IL-3,IL-4 serta berbagai mediator lainnya bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan fagositosisnya dan meransang
terjadinya proliferasi serta aktivasi sel untuk memproduksi antibodi. Setelah
berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan
membentuk komplek imun yang berdifusi secara bebas kedalam ruang sendi.
Pengendapan komplek
imun menyebabkan aktivasi sistem komplemen dan membebaskan komplemen C5a.
Komplemen C5a merupakan faktor meningkatkan permeabilitas vaskuler jugamenarik
lebih banyak sel PMN yang memfagositir komplek imun tersebut sehingga
mengakibatkan degranulasisel mast dan membebaskan lisosomal yang merupakan yang
bertanggung jawab terjadinya inflamasi dan kerusakan jaringan.
d) Manifestai Klinis
1.
Gejala-Gejala Konstitusional Beberapa gejala tersebut
meliputi lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Bahkan
terkadang kelelahan yang sangat hebat.
2.
Poliatritis Simetris Terutama terjadi pada sendi
perifer, termasuk sendi-sendi di tangan namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalangs distal.Hampir semua sendi diatrodial dapat terserang.
3.
Kekakuan di Pagi Hari Kejadian ini terjadi selama
lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang
sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoatritis, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu
jam.
4.
Atritis Erosif Atritis erosif merupakaan ciri
khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat padaradiogram.
5.
Deformitas Kerusakan struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasimetatarsal.
6.
Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang
ditemukanpada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di
daerah sepanjang sendi siku atau sepanjang permukaan ekstensor lengan. Nodul
ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif .
7.
Manifestasi Ekstraartikuler. Suatu prognosis dari
penyakit ini yang menandakan akut tidaknya penyakit ini. Manifestasi yang
dihasilkan atritis reumatoid yakni menyerang paru, jantung, mata.
e) Diagnosis
Berdasarkan kriteria
ACR (American College of Rheumatology) :
1.
Kaku di pagi hari
2.
Neri pada sendi tangan
3.
Nyeri pada 3 sendi atau lebih
4.
Artritis simetris
5.
Nodul reumatoid
6.
Faktor reumatoid
7.
Perubahan gambaran radiologis
Pemeriksaan radiologi
Sendi bisa normal pada awalnya,
penyakit rheumatoid urutan timbulnya kelainan yang khas adalah :
Ø
Pembengkakan jaringan lunak dan osteoporosis
periartikuler
Ø
Penyempitan rongga sendi dan erosi periartikuler
Ø
Subluksasi dan osteoarthritis timbul pada penyakit yang
sudah berlangsung lama
Pemeriksaan laboratorium
Beberapa hasil uji
laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis arthritis reumatoid.
Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di dalam
serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu
faktor anti-gama globulin(IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG.Laju endap
darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik. Pada
artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi).
Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas.
f) Penatalaksanaan
Pengobatan
farmakologi umumnya diberikan pada penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun
belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Di samping mengatasi nyeri,
tujuan pengobatan juga untuk untuk dapat mengatasi reaksi inflamasi.
1.
Golongan DMARD(disease modifying antirematik drugs)
2.
Obat penghilang rasa nyeri, seperti analgesic
sederhana: parasetamol
3.
Obat antiinflamasi nonstreroid aspirin: ibuprofen,
piroksikam, ketoprofen, indo metasen, naprason, diklofenak
4.
Obat imunosupresan: azatioprin,siklofosfamit,siklosporin.
5.
Obat Slow-acting yang sekarang ini di gunakan adalah
senyawa emas,penisilamin,hydroxycloroquinine,dan sulfasalazine.
Manajemen pemberian
pengobatan :
Ø Edukasi
Ø Prorteksi
sendi, terutama pada stadium akut
Ø Obat
anti inflamasi non-steroid
Ø Obat remitif
(DMARD), misalnya klorokuin dengan dosis 1x250 mg/hari, metroteksat dosis
7,5-20 mg sekali seminggu, salazopirin dosis 3-4 x 500 mg/hari, garam emas per
oral dosis 3-9 mg/hari, atau subkutan dosis awal 10 g, dilanjutkan seminggu
kemudian dengan dosis 15 mg/minggu, dan naikkan menjadi 50 mg/minggu selam 20
minggu, selanjutnya diturunkan selama 4 minggu samai dosis kumulatif 2g.
Ø Glukokortikoid,
dosis seminimal mungin dan sesingkat mungkin, untuk mengatasi keadaan akut atau
kekambuhan
Ø Bila
terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1-2 sendi dapat diberikan injeksi
steroid intraartikular seperti
Ø Triamcinolon acetonide 10 mg
tau metilprednisolon 20-40 mg
Ø Fisioterapi,
terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis.
Ø Operasi
untuk memperbaiki deformitas.
g)
Komplikasi
1.
Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck,
deviasi ulnar)
2. Sindrom
terowongan karpal
Masukin daftar pustaka ny dong heheh
BalasHapusMasukin daftar pustaka ny dong heheh
BalasHapus